4. “Lan ojo ono kang mangan iwak banyak” yang artinya jangan masak ikan daging angsa.
5. “Aja lunga dina paing” yang artinya jangan bepergian hari pasaran Pahing.
“Larangan keempat dan kelima saya masih mencari dan melacak sumber mana yang menyebutkan pindang iwak banyak dan Sabtu Pahing karena dalam naskah babad Mertadiredjan menyebut hari Pahing dan ternyata babad Wirasaba hari Pahing,” ungkap Kang Nass.
Diakhir naskah dikisahkan siapakah yang menulis naskah babad, yaitu Nyai Wiramantri Wirasaba nurunaken Wiramantri loro nurunaken Wirapada nurunaken Wiracandra nurunaken Wiratirta Lurah Wirasaba nurunaken Mulyadikrama Lurah Wirasaba nurunaken Pensiunan Mantri Pensiun Mulyareja. Mulyareja lair Senen Kliwon 21 Desember 1894 tahun 46 ngili ing Wirasaba terus manggon ing Wirasaba. Ditulis 24 Agustus 1956.
“Jadi naskah ini adalah salinan Mulyareja yang kemudian disimpan oleh Mad Marta. Bagi teman-teman yang ingin datang ke jejak Wirasaba hari ini kabur sejarahnya, titiknya dulu rumah kadipatennya dimana kita tidak tahu, karena kita hanya menemukan jejak Dusun Kecepit yang menjadi makam Bupati Wirasaba,” pungkas Kang Nass sembari menyeruput secangkir teh hangat.
Diakhir acara bedah buku Babad Banyumas Wirasaba dilakukan diskusi saling berbagi cerita sejarah Babad Banyumas Wirasaba.
Kang Nass berharap buku yang ditulisnya terbaca oleh generasi penerus. (Asep)
Tampilkan Semua
