Kang Nass berprinsip jika tiga kali tidak ada yang keluar rumah dirinya balik kanan kembali pulang.
“Pas lagi ke parkir motor, tiba-tiba ada ibu-ibu dari dalam rumah keluar dan saya dipersilahkan masuk, saya bilang saya lagi melacak jejak babad Banyumas Wirasaba, dan ternyata perempuan itu adalah anaknya Mad Marta, saya lupa namanya, di Desa Wirasaba Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga,” jelas Kang Nass.
Ternyata saat ia sedang mengetuk pintu dan terdengar seperti orang lagi mengobrol kencang itu adalah Mbah Mad Marta.
Diceritakan, saat tahun 2019 Mbah Mad Marta itu sudah dalam kondisi kurang normal, sehingga seperti seolah-olah sedang mendalang, dan dalam kondisi sudah tidak kuat pakai baju, merasa kepanasan, dan sudah pakai kursi roda karena tidak bisa jalan dan sudah tidak bisa diajak berkomunikasi.
“Sayangnya, karena Mad Marta sudah tidak bisa diajak komunikasi, anaknya juga tidak tahu tentang naskah itu. Saya minta foto buat kenang-kenangan akhirnya dipakaikan sarung, tapi setelah di foto sarungnya dilepas lagi,” kenang Kang Nass sambil menunjukkan foto di halaman depan buku Babad Banyumas Wirasaba.
Kang Nass merasa sia-sia, karena tidak bisa mendapatkan naskah itu, yang ternyata naskahnya sedang dipinjam.
Tahun 2020, ia diundang Dinas Arpusda (Arsip dan Perpustakaan Daerah) menjadi pembicara untuk festival pameran Dinas Arpusda seluruh Jawa Tengah di Purwokerto.
Saat ia berkeliling ke semua stand sampailah di stand Dinas Arpusda Kabupaten Purbalingga, ia langsung teringat naskah yang pernah ia minta kepada Mbah Mad Marta.
“Saya langsung ingat naskahnya Mad Marta, katanya dalam proses pengembalian tapi pengembaliannya bukan ke Mad Marta tapi ke Carik Desa,” ungkap Kang Nass.
Tampilkan Semua
