Puncaknya terjadi pada 5 Juni 2025, saat Indonesia mengejutkan Tiongkok dengan kemenangan 1‑0, memutus puasa kemenangan selama 38 tahun atas negara itu dan memastikan tempat di babak keempat (play-off)—sebuah pencapaian historis sejak satu-satunya penampilan mereka di Piala Dunia 1938.
Striker naturalisasi asal Belanda, Ole Romeny, menjadi pahlawan dengan mencetak gol kemenangan dalam dua pertandingan tersebut dan dinobatkan sebagai Pemain Terbaik dua kali berturut-turut.
Per Juni 2025, Indonesia menempati peringkat ketiga Grup C, terpaut satu poin dari Australia di posisi kedua—slot terakhir untuk lolos otomatis. Rivalitas kawasan ini berkembang, dan kini dianggap sebagai pertandingan penting Asia, berpotensi memengaruhi tawaran tuan rumah bersama untuk Piala Dunia 2034 atau Piala Asia 2031.
Isu yang Akan Terus Berkembang
- Hasil akhir kualifikasi
Apakah Indonesia berhasil lolos langsung, atau harus melalui play-off? - Identitas tim nasional
Apakah penggunaan pemain naturalisasi akan memperkuat atau malah menggerus pengembangan pemain lokal? - Implementasi sistem jangka panjang
Mampukah filosofi Cruyff dan taktik Kluivert meresap hingga akademi, pelatih lokal, dan sistem kompetisi domestik? - Efek sukses atau kegagalan
Lolos ke Piala Dunia bisa menjadi momen pengubah sejarah sepak bola Indonesia. Namun, kegagalan juga dapat memunculkan kritik besar terhadap arah kebijakan PSSI.
Kesimpulan
Penunjukan Patrick Kluivert sebagai pelatih timnas Indonesia bukan sekadar langkah taktis, melainkan sinyal perubahan era. Dengan filosofi Belanda, dukungan staf elite, dan pemain-pemain diaspora, Indonesia sedang menyusun cerita baru dalam sejarah sepak bolanya.
Apakah ini akan menjadi era keemasan baru? Hanya waktu yang bisa menjawab. Namun satu hal pasti: dunia kini memperhatikan Indonesia dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Tampilkan Semua