Mandala Mata Bumi, Situs Megalitik Miliki Banyak Pintu, Unik, dan Monumental

Mandala Mata Bumi; Situs Megalitik Unik Monumental
Mandala Mata Bumi; Situs Megalitik Unik Monumental

CILACAP.INFO — Situs megalitik Mandala Mata Bumi yang baru-baru ini ditemukan di puncak pegunungan Subang, wilayah Desa Kuta Agung, Kecamatan Dayeuhluhur, Kabupaten Cilacap, selain disebut situs terbesar di Jawa Tengah dengan keistimewaan dan keunikan pada arsitektur punden berundaknya yang tidak biasa, berada di dataran tinggi.

Situs prasejarah ini juga disebut monumental, pasalnya situs ‘Mandala Mata Bumi’ ini memiliki banyak pintu masuk, juga adanya batu ukir, batu relief berpasangan, di sisi kanan dan sisi kiri situs.

“Saya lihat, dan tidak ada di wilayah lain, di Jawa Tengah, adapun di Kabupaten Karanganyar itu satu, di sekitar kawasan tersebut yang kemudian ditemukan Candi Cetho dan Candi Sukuh, itu dulunya merupakan punden berundak, sama,”

“Bedanya, Situs Mandala Mata Bumi ini pintu masuknya banyak, ini unik, suatu hal yang istimewa, dan menjadi keunikan utama, adanya batu berelief, dua batu, berdiri di sisi kanan dan kiri, berpasang-pasangan, ini monumental, dan saya tidak menemukan di tempat lain,” terang ahli arkeologi Kementerian Kebudayaan, Wahyu Broto Raharjo SS.M.Hum usai melakukan observasi, peninjauan lapangan sekaligus kajian ilmiah bersama tim, pada Selasa, (23/12/2025).

Tenaga ahli arkeologi dari Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah X dengan wilayah kerja Provinsi Jawa Tengah dan Jateng tersebut mengemukakan bahwa situs prasejarah Mandala Mata Bumi ini jelas merupakan warisan budaya bangsa yang harus dilindungi undang-undang sebagai benda cagar budaya.

“Dari segi regulasi, Undang-Undang Nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya, mengamanatkan perlindungan, pelestarian, pengembangan serta pemanfaatannya untuk melestarikan warisan budaya bangsa dalam rangka memperkuat identitas kepribadian bangsa, dan umat manusia,” katanya

“Oleh karenanya, dalam Undang-undang Cagar Budaya, dengan kriteria-kriteria yang disebutkan, bahwa benda yang bernilai sejarah budaya bangsa, dan berusia minimal 50 tahun, maka situs Mandala Mata Bumi, sudah pasti, dan jelas lebih dari itu,” lanjutnya.

Dia pun menjelaskan bahwa punden berundak pada situs ‘Mandala Mata Bumi’ ini sebagai warisan budaya peninggalan purbakala telah berlangsung jauh sebelum adanya agama-agama.

“Budaya punden berundak sudah ada di Nusantara, di Indonesia, jauh sebelum ada agama-agama,” terangnya.

Dia menjelaskan bahwa punden berundak adalah struktur pemujaan kuno yang dibangun oleh masyarakat tradisi megalitik, masa Neolitikum, sekitar 2500–1500 Sebelum Masehi

“Tradisi itu berlangsung lalu berkembang di Indonesia jauh sebelum masuknya pengaruh agama, Hindu, Buddha, Kristen, maupun Islam yang datang belakangan ke Nusantara,” imbuhnya.

Adapun fungsi utama punden berundak terkait erat dengan kepercayaan lokal, animisme dan dinamisme, yang merupakan local genuine, sistem kepercayaan orang asli Nusantara, bukan agama dalam pengertian sekarang.

“Fungsi punden berundak digunakan sebagai sarana pemujaan roh nenek moyang. Masyarakat prasejarah percaya bahwa arwah leluhur bersemayam di tempat yang tinggi (gunung atau bukit), sehingga mereka membangun struktur bertingkat sebagai media komunikasi ritualnya,” jelasnya.

Ketika agama-agama masuk ke Nusantara, konsep bangunan berundak ini kemudian berasimilasi, untuk selanjutnya berpadu dengan unsur-unsur arsitektur keagamaan baru.

Dia mencontohkan, Budha-Hindu, bahkan Islam sekalipun, dengan candi-candi seperti Candi Borobudur, Prambanan, Masjid Menara Kudus, Masjid Indrapuri Aceh dan lainnya itu memiliki struktur yang menyerupai punden berundak, menunjukkan adanya kesinambungan budaya dari masa prasejarah ke masa sejarah.

“Dengan demikian, adanya punden berundak beserta stuktur kawasannya, dan unsur lainnya, kompleksitas arsitektur, dan adanya batu relief, adalah bukti fisik adanya sistem kepercayaan dan peradaban yang berkembang di masa lalu, jaman prasejarah di Gunung Subang ini, situs ‘Mandala Mata Bumi’ ini ada dan berkembang, jauh sebelum ‘agama-agama formal’ datang,” pungkasnya.

Dia menambahkan, adapun terkait adanya dugaan perkampungan purba yang berkaitan dengan situs megalitik ini belum tereksplorasi secara menyeluruh,

“Sehingga kawasan warisan budaya ini harus dipahami sebagai satu kesatuan lanskap budaya yang kompleks dan luas, bukan hanya satu titik atau satu struktur saja,” imbunya.

Diketahui bahwa situs purbakala yang kaya nilai budaya dan unik, bahkan keutuhannya masih terjaga jingga kini. Situs Mandala Mata Bumi berada di kawasan pegunungan Subang dengan ketinggian sekitar 1.210 meter di atas permukaan laut, dengan luasan sekitar 150 Ha, berada di kawasan hutan primer wilayah Desa Kuta Agung.

Selain situs tertutup oleh vegetasi hutan yang lebat, berada di puncak pegunungan, hampir tidak tersentuh aktivitas manusia, sehingga akses menuju lokasi begitu sangat sulit. (IHA)

Cilacap Info
IKUTI BERITA LAINNYA DIGOOGLE NEWS

Berita Terkait