Banyumas, CILACAP.INFO – Masyarakat tumpah ruah menyaksikan upacara Tradisi Jamasan Pusaka Mataram (Penjamasan Jimat) yang digelar di Desa Wisata Kalisalak Kecamatan Kebasen Kabupaten Banyumas pada Sabtu, 06/09/2025 pagi.
Upacara tersebut merupakan rangkaian acara pada Kalisalak Culture Festival 2025. Upacara Jamasan Pusaka ini diadakan setiap tanggal 12 Bulan Maulud.
Pantauan cilacap.info, prosesi jamasan diawali dengan kirab yang dimulai dari Pendopo Rumah Adat Desa Kalisalak pukul 08.30 WIB menuju Langgar Jimat yang berada di Jalan Jimat Kalisalak.
Rombongan kirab membawa pusaka berupa prapen jamasan, dan air suci yang diambil dari mata air di penjuru Desa Kalisalak.
Kirab diikuti oleh kerabat Jimat, Bregodo (pasukan perang), barisan putri domas yang membawa uba rampe, pembawa tandu tempat mrapen (pembakar dupa) dan unsur pemerintahan setempat, serta pasukan kesenian.
Diiringi gending jawa, benda pusaka dijamas. Setelah selesai dijamas, benda pusaka tersebut dihitung dan dicatat kemudian disimpan kembali untuk dijamas kembali di tahun mendatang.
Keunikan dari tradisi ini adalah berdasarkan catatan keadaan benda pusaka dapat berubah-ubah, dimaknai sebagai pertanda akan keadaan di masa depan.
Informasi yang dihimpun cilacap.info, benda pusaka bekong (periuk) yang dinanti masyarakat terutama para petani mengalami perubahan yakni tahun 2023-2024 kondisinya kering. Sedangkan tahun 2025 kondisinya basah.
Salah seorang petani asal Kebasen akrab disapa Mbah Tumarjo (73) mengungkapkan tradisi tersebut merupakan momen yang ditunggu-tunggu oleh petani untuk melihat keadaan bekong.
Menurutnya banyak rekan petani yang penasaran terhadap kondisi bekong. Bekong basah atau kering itu bisa untuk prediksi keadaan cuaca kedepannya.
“Orang tani pada nunggu yang dicari bekongnya kalau bekongnya basah tandanya mau ada banyak hujan, tapi kalau kering ya masa ketiga lawas, itu ceritanya orang tua,” ungkapnya kepada cilacap.info Selasa, 09/09/2025.
Menurutnya kondisi musim sekarang susah untuk diprediksi. Kendati demikian ia tetap berpatokan dengan pranata mangsa saat masuk musim tanam. Disisi lain kondisi bekong basah tetap dijadikan acuan dalam prediksi cuaca kedepannya.
“Ya sekarang musimnya susah, kemarau tapi hujan. Bekongnya basah ya banyak hujan. Pakai pranata mangsa ya masih, alhamdulilah pas hitungannya,” ujar pria sepuh kelahiran 1952.
Ia berpesan untuk tetap bersyukur berapapun hasil panen dan apapun musimnya itu rezeki dari Tuhan.
“Intinya ya semua sudah kehendak Gusti Alloh, tetap bersyukur, nerimo pandum,” pungkasnya.
Seperti diketahui berbagai benda pusaka yang diyakini peninggalan kerajaan mataram Sunan Amangkurat I yang bertahta pada tahun 1646 – 1677 M.
Benda pusaka tersebut seperti peralatan rumah tangga, pakaian, peralatan sehari-hari, senjata, tombak, keris tanpa wrangka dan Pustaka Kuno.
Pada hari sebelumnya Jumat, 05/09/2025 malam dilaksanakan kegiatan diantaranya kesenian begalan, ebeg, karawitan, dan lengger banyumasan. (Asep)