Ia menekankan, intervensi sederhana seperti kebiasaan mencuci tangan, penggunaan jamban sehat, pemberian obat cacing massal secara rutin, dan edukasi keluarga adalah kunci pencegahan yang murah tetapi efektif.
Dari Opini ke Aksi
Fenomena ini menjadi menarik karena opini seorang akademisi daerah mampu menembus media nasional, kemudian menyebar ke berbagai medium lain. Dari halaman koran, gagasan itu berlanjut ke udara melalui siaran radio, hingga akhirnya masuk ke forum akademik kampus lewat Podcast Bincang Unimus Semarang.
Perjalanan gagasan ini menjadi simbol bahwa suara intelektual dari daerah juga bisa memantik diskusi publik yang luas dan lintas kanal.
Prima sendiri menekankan pentingnya kesinambungan aksi. “Kami ingin agar isu ini tidak berhenti sebagai berita duka. Dari kampus, media, hingga keluarga, semua pihak perlu mengambil langkah nyata. Anak sehat adalah investasi masa depan bangsa,” ujarnya.
Pesan Kuat: Menghindari “Raya” Kedua
Dalam wawancara di Radio Idola FM, Prima mengingatkan bahwa tragedi Raya tidak boleh terulang. Ia menekankan setiap anak Indonesia berhak tumbuh sehat tanpa ancaman penyakit yang sesungguhnya dapat dicegah.
Bagi Prima, Raya bukan sekadar nama seorang balita, tetapi simbol kegagalan yang seharusnya menjadi pemicu kesadaran bersama.
“Raya jangan hanya dikenang sebagai korban, tetapi sebagai alarm yang mengingatkan kita semua akan tanggung jawab besar yang belum tertunaikan,” tegasnya.
Melalui keterlibatan media, dunia akademik, dan masyarakat luas, isu kesehatan anak kini semakin mendapat sorotan. Alarm itu sudah berbunyi, dan bangsa ini ditantang untuk menjawabnya dengan tindakan nyata.
Tampilkan Semua

