Secangkir Kopi dan Membangun Ide Menulis

Aji Setiawan DPC Sekretaris PPP Purbalingga
Aji Setiawan DPC Sekretaris PPP Purbalingga

Apalagi kata-kata yang punya arti dan bukti konkrit, tentu penuh kejujuran sehingga arsip-arsip yang menyejarah itu menjadi warisan terbaik bagi anak cucu yang siap disimpan dan dibaca di laci peradaban dan gudang-gudang perpustakaan bergengsi di republik ini, untuk dibaca dari generasi ke generasi selanjutnya, diharapkan menjadi contoh dan teladan dalam kehidupan sehari-hari.Engkau akan menemukan kata-kataku..Engkau akan temukan mutiara-mutiara kata-kataku yang kukemas dalam lautan sastra dan bahasa elok dibaca dan enak dikenang.

Aku tidak sedang mengeroyokmu dan menjajahmu..engkau boleh memilih apa saja…

Kembali aku baca koran yang dibawa Tedy, gaya tulisannya memang penuh talenta. Corak puitis dan sastrawi, aku lebih suka menyebutnya gaya naratif atau literair.
“Yuk temani aku ke bundaran UGM!” Ajaknya sembari menggenggam tanganku. “Yuppp!”
Kami berdua dengan sepeda motorku, melaju kencang di ujung sore. Bundaran UGM tampak sepi.
“Di sini sepi, yuk ke gedung Ekonomi!” Tapi, teman yang dicari Kang Tedy tidak ketemu. Masuk sebentar ke bag kantor. Ketemu juga, sebentar, ngobrol dengan Prof Karseno pakar ekonomi UGM.

Wawancara sebentar, cerita tentang tempe. Aku tak habis pikir.Di negeri krisis ekonomi berpuncak reformasi yang dikupas soal tempe. Entahlah, aku berkelana, karena di kampus ini juga aku ketemu Popi Ismelina, pakar anti utang Indonesia.

Akhirnya, kami berdua kembali ke markas lembaga pers yang ada di pusat kota, di Jl Cik di Tiro. Hari mulai larut. Secangkir kopi, teman yang selalu setia menemani setiap malam. Rasanya memang tidaklah nikmat jika nongkrong bersama saat malam tanpa ditemani secangkir kopi di pojok kampus, angkringan Pak Tri. Ada yang bilang “Di dalam sebuah rasa kopi terkandung sebuah perasaan nikmat yang dapat dirasakan setelah bekerja seharian.”.

Tampilkan Semua
Cilacap Info
IKUTI BERITA LAINNYA DIGOOGLE NEWS

Berita Terkait