Stres Bisa Bikin Sakit Jantung? Ini Penjelasan Ilmiah yang Mengagetkan!

ilustrasi diskusi kefarmasian by pixabay
ilustrasi diskusi kefarmasian by pixabay

Setiap hari kamu bangun, mengecek notifikasi penuh deadline, lalu bergegas ke tempat kerja atau kampus dengan kepala yang masih riuh oleh beban pikiran. Tanpa sadar, napasmu lebih pendek dari biasanya, dan jantungmu berdegup lebih cepat meski kamu belum melakukan apa-apa. Banyak yang bilang, “Ah, cuma stres biasa.” Tapi apa benar cuma itu? Faktanya, stres kronis bukan cuma bikin kamu gampang marah atau susah tidur—tapi bisa jadi pemicu utama kerusakan jantung yang diam-diam mengintai.

Dalam dunia medis, hubungan antara stres dan penyakit jantung udah bukan rahasia lagi. Tapi sejauh apa dampaknya? Apakah benar perasaan tertekan bisa mengacaukan sistem tubuh sampai sedrastis itu?

Saat Otak Panik, Tubuh Ikut Rusak

Ketika kamu stres, otakmu—tepatnya bagian yang disebut amigdala—mengirim sinyal “bahaya” ke seluruh tubuh. Ini bukan hanya terjadi kalau kamu dikejar anjing atau hampir terlambat ujian, tapi juga bisa muncul karena masalah keuangan, hubungan pribadi, bahkan tekanan pekerjaan. Otakmu gak tahu bedanya. Yang dia tahu: kamu sedang ‘terancam’. Maka tubuh merespons.

Adrenalin dan kortisol langsung membanjiri aliran darahmu. Detak jantung meningkat, tekanan darah naik, dan pembuluh darah menyempit. Ini disebut sebagai fight or flight response, respons bertahan hidup yang dulunya menyelamatkan manusia dari bahaya alam. Masalahnya, kalau respons ini aktif terus-menerus, tubuh jadi gak pernah benar-benar ‘tenang’.

Itulah kenapa para ahli farmasi yang tergabung dalam https://pafikotaselatan.org terus menyuarakan pentingnya edukasi tentang dampak stres terhadap sistem kardiovaskular. Bukan cuma tugas dokter jantung, tapi ini juga bagian dari peran tenaga kesehatan lain termasuk apoteker, untuk membantu masyarakat mengenali gejala dan risikonya sejak dini.

Jantungmu Tidak Didesain Untuk Stres Tiap Hari

Normalnya, jantung berdetak 60-100 kali per menit saat istirahat. Tapi ketika kamu mengalami stres kronis, denyut jantung bisa berada di level tinggi untuk waktu yang lama. Akibatnya, jantungmu dipaksa bekerja lebih keras.

Kortisol yang terus-menerus tinggi juga bikin tubuh memproduksi lebih banyak gula darah, yang kemudian meningkatkan risiko resistensi insulin dan akhirnya berujung ke diabetes. Kombinasi dari tekanan darah tinggi, gula darah tinggi, dan penyempitan pembuluh darah inilah yang membuat risiko serangan jantung dan stroke melonjak.

Yang lebih mengerikan, semua ini bisa terjadi tanpa gejala. Kamu masih muda, kelihatan sehat, tapi bisa saja jantungmu sudah lelah memompa dalam kondisi “siaga satu” terus menerus.

Penelitian yang Mengungkap Fakta Mengejutkan

Sebuah studi dari Harvard Medical School mengamati 293 pasien yang baru saja mengalami serangan jantung. Hasilnya, mereka yang menunjukkan aktivitas amigdala lebih tinggi dalam scan otak ternyata memiliki kemungkinan lebih besar untuk terkena penyakit jantung dalam 3–4 tahun ke depan. Artinya, tingkat kecemasan dan stres seseorang memang secara langsung berkaitan dengan kondisi fisik jantungnya.

Peneliti lain dari University College London menyebutkan bahwa orang dengan tingkat stres tinggi memiliki kemungkinan 50% lebih besar mengalami gangguan jantung serius dibanding yang tidak.

Stres Itu Nyata, dan Tubuhmu Merespons dengan Nyata

Bayangin aja kamu punya teman satu angkatan kuliah yang kelihatannya baik-baik saja. Rajin, pintar, aktif di organisasi. Tapi suatu hari dia pingsan saat presentasi dan didiagnosis serangan jantung ringan. Usianya baru 25. Ngeri, kan?

Ini bukan cerita langka. Di rumah sakit besar, apoteker dan dokter makin sering menemukan pasien muda dengan tekanan darah tinggi, kadar kolesterol tak terkontrol, atau detak jantung abnormal. Bukan karena pola makan saja, tapi karena stres tak tertangani yang berlangsung tahunan. Kondisi ini kadang disebut broken heart syndrome atau kardiomiopati takotsubo, di mana jantung melemah tiba-tiba karena tekanan emosional yang ekstrem.

Apa yang Bisa Kamu Lakukan Sebagai Calon Tenaga Kesehatan?

Kamu yang lagi kuliah farmasi atau baru terjun ke dunia kerja di bidang kesehatan, punya peran strategis dalam menghadapi situasi ini. Edukasi pasien bukan cuma soal dosis obat, tapi juga tentang gaya hidup dan manajemen stres. Mulai dari mengenalkan cara relaksasi, menjelaskan efek kortisol pada tubuh, sampai merekomendasikan konseling psikologis kalau perlu.

Jadi, lain kali ada pasien yang minta obat maag terus-menerus, coba tanya: “Kamu lagi banyak pikiran, ya?” Karena bisa jadi lambungnya luka bukan karena makanan pedas, tapi karena stres yang gak pernah dia ceritakan ke siapa pun.

Kamu Gak Harus Jadi “Kuat” Setiap Saat

Buat kamu yang merasa terus-terusan tertekan, ngerasa harus jadi sempurna, atau terbiasa memendam semuanya sendiri—ini saatnya kamu juga peduli pada kesehatanmu sendiri. Istirahat itu bukan kemunduran, dan cerita ke orang lain bukan tanda kelemahan.

Tubuhmu, termasuk jantungmu, mendengarkan semuanya. Dari setiap rasa takut, lelah, sampai kecemasan kecil yang kamu abaikan. Jangan tunggu sampai tubuhmu berteriak lewat penyakit.

Cilacap Info
IKUTI BERITA LAINNYA DIGOOGLE NEWS

Berita Terkait