Mengenal Resistensi Obat Tuberkulosis

penanganan dan pencegahan tuberkulosis
penanganan dan pencegahan tuberkulosis (sumber: Instagram/TB Indonesia)

Pengobatan ini terbagi menjadi dua tahap, yaitu tahap intensif dan tahap lanjutan. Permasalahan muncul ketika penggunaan obat yang tidak tepat atau tidak sesuai dengan pedoman pengobatan dapat menyebabkan resistensi atau kekebalan terhadap obat itu sendiri.

Jika pengobatan tidak dilakukan sesuai prosedur, hal ini menjadi rantai penyakit yang tidak terputus sehingga sangat berisiko menularkan kepada orang terdekat termasuk keluarga. Selain itu, kondisi yang semakin parah akan menimbulkan komplikasi atau bahkan dapat menyebabkan kematian.

Proses pengobatan yang berlangsung lama, membuat pasien merasa bosan dan tidak jarang sebagian dari mereka berhenti minum obat saat merasa sudah sedikit membaik. Walaupun masa pengobatan belum selesai, hal tersebut menyebabkan waktu pengobatan yang terhenti dan menimbulkan resisten obat tuberkulosis terhadap pasien atau biasa disebut tuberkulosis resisten obat.

Tuberkulosis Resisten Obat (TB-RO) adalah kondisi dimana bakteri sudah kebal terhadap obat lini 1 (periode pengobatan 6 bulan), sehingga pasien harus mendapatkan kombinasi obat lini 2 dengan periode waktu pengobatan yang lebih lama (9-12 bulan).

Berdasarkan Global TB Report 2020, diperkirakan terdapat 24.000 kasus TB-RO di Indonesia setiap tahunnya. Dari jumlah ini, berdasarkan data rutin program Nasional Penanggulangan TB, pada tahun 2019 baru ditemukan 11.463 kasus TB-RO, atau terdapat perbedaan 52,5% dari perkiraan kasus yang ada.

Dari 11.463 kasus tersebut, hanya 5.531 atau 48,3% pasien yang sudah memulai pengobatan, dengan angka keberhasilan pengobatan berkisar di antara 49-51% dan angka putus pengobatan 24% sampai dengan 26% per tahun. Angka putus pengobatan ini terbilang tinggi, mengingat hasil cakupan keberhasilan yang dicapai masih jauh dari target keberhasilan pengobatan global yaitu sebesar 86%.

Tingginya angka putus pengobatan menjadi salah satu indikator rendahnya kepatuhan pasien untuk menyelesaikan pengobatan. Ketua Yayasan Pejuang Tangguh (PETA) menyatakan bahwa kesadaran diri pasien akan kesehatannya sangat penting dalam meningkatkan kepatuhan terapi TB-RO untuk menjaga atau mencegah penularan lebih lanjut kepada orang-orang yang disekitar.

Tampilkan Semua
Cilacap Info
IKUTI BERITA LAINNYA DIGOOGLE NEWS

Berita Terkait